Pemerintah Ogah Sembunyikan Data, Naik Turun Tetap Dilaporkan
Pemerintah memastikan kalau data ekonomi yang disampaikan oleh BPS—baik saat turun maupun naik—akan selalu dipublikasikan secara transparan dan konsisten. Menurut Kepala Staf Presiden, Hasan Nasbi, sikap pemerintahnya jelas:
“Kalau naik, kami laporkan naik. Jangan hanya percaya ketika turun, tapi meragukan saat naik. Ini bukan ramalan zodiak.”
Pernyataan ini direspons atas keraguan terhadap angka pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025 sebesar 5,12% yang dirilis BPS.newsnow.co.uk+9Antara News+9Setneg+9Detik Financeseknasfitra.org+4Detik Finance+4Bisnis.com+4
Pertumbuhan Negeri Ini 5,12% — Tapi Banyak Ekonom Meragukan
Data menunjukkan ekonomi tumbuh 5,12% YoY di Q2 2025—pertumbuhan tercepat sejak Q2 2023. Tapi tak sedikit peneliti dan ekonom independen mempertanyakan reputasi data tersebut. Beberapa elemen seperti lesunya penjualan mobil dan motor, investasi asing yang menurun, serta aktivitas manufaktur yang melemah dinilai tidak mendukung angka tersebut.Reuters+1
Reaksi Pemerintah: Transparansi Data Bukan Pilihan, Tapi Harus
Menanggapi kritikan, pemerintah menegaskan bahwa publikasi data selalu berdasarkan input BPS yang notabene lembaga resmi. Hasan Nasbi bahkan meminta kritik disampaikan secara rasional—agar kebijakan dikembangkan berdasarkan data, bukan persepsi politik.
Dampaknya: Kepercayaan Investor Bisa Tergoyahkan
Kalau persepsi publik dan pelaku ekonomi tetap meragukan data, bukan tidak mungkin akan muncul erosi kepercayaan—baik dari investor maupun analis pasar. Itu akan memperbesar risiko volatilitas ekonomi dalam jangka menengah sampai panjang.
Kesimpulan
Pemerintah sudah bicara lugas: data ekonomi akan tetap transparan, bahkan saat data itu “naik”. Tapi faktanya, persepsi negatif dari kalangan independen tidak boleh diabaikan. Saatnya BPS dan pemerintah menjelaskan metodologi data dan menjaga kredibilitas publik. Karena tanpa kepercayaan, semua angka jadi sia-sia.